Diberdayakan oleh Blogger.

  • Rohis Indonesia. Cita Rasa Kebaikan Pelajar (Cakep) Indonesia.

  • Rohis SMA N 11 Palembang berralamat di Jl. Inspekur Marzuki Kelurahan Siring Agung, Kecamatan Ilir Barat 1, Palembang-Sumatera Selatan
Base Camp: Musholah Riadul Jannah

Total Tayangan Halaman

Apa 5 Dampak Negatif SosMed Ini Ada di Diri Kamu?

Rabu, 22 Juni 2016



www.kaskus.co.id

Semakin ke sini, perkembangan sosial media makin pesat aja ya. Mulai dari masih ngehitsnya Friendster lalu munculnya Facebook, dan disusul dengan sosial media lain seperti Instagram dan Path. Tentunya buat kamu-kamu yang melek akan teknologi dan nggak mau ketinggalan, pasti punya akun di beberapa sosial media. Dikit-dikit update status, dikit-dikit check in. Senangnya sih dengan adanya sosial media, kamu jadi bisa berbagi sama teman-temanmu. Kamu bisa upload foto momen-momen seru bersama teman-temanmu atau sekedar berbagi kabar dengan mereka. Tapi kamu tahu nggak sih, , kalo sosial media tuh juga punya dampak buruk lho buat kita. Apa aja ya dampak buruk itu?

Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat
Pernah dengar istilah seperti ini, ? Yap, sosial media itu medekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Maksudnya gimana? Coba deh sekarang kamu ingat-ingat berapa teman yang udah lama nggak ketemu dan akhirnya kamu bisa ngobrol dengan mereka lewat sosial media? Kamu jadi bisa menemukan teman-temanmu yang udah lama lost contact. Tapi di lain sisi, ketika kamu udah sibuk sama sosial mediamu sendiri, kamu jadi nggak berinteraksi dengan orang-orang di sekitarmu yang bahkan jelas-jelas ada di sampingmu. Atau malah nih ya yang sering terjadi, duduk hadap-hadapan aja ngomongnya lewat Twitter atau BBM. Ckck

Bikin kamu nggak produktif
Kok bisa? Iyalah. coba deh, kamu pasti sering kan mengerjakan tugas sekolah sambil buka Facebook? Tentunya kamu pasti lebih sering membuka halaman Facebook dibandingkan membuka halaman tugasmu? Belum lagi buka Twitter, Path, dan lain-lainnya. Tugas yang seharusnya bisa selesai dalam waktu 2 jam akhirnya baru bisa selesai keesokan harinya.

Privasi berkurang
Yap, inti utama dari sosial media adalah berbagi. Di sosial media, kamu bisa berbagi apa aja dengan teman-temanmu. Misalnya nih kamu lagi sebel, terus kamu update status. Itu sama halnya dengan kamu memberi tahu mereka bahwa kamu lagi sebel. Atau misalnya kamu sedang kencan sama doi, kamu pun check in di Path. Nah tentunya semua orang akhirnya tahu kalo kamu lagi kencan sama doi di suatu tempat.

Munculnya cyber crime
Seiring berkembangnya sosial media, berkembang juga lho yang namanya cyber crime alias kejahatan di dunia maya. Contoh yang paling sering kamu temui sih hacking, . Banyak akun yang disalahgunakan oleh beberapa pihak sampai bikin semua orang resah. Atau ada juga nih kejahatan di dunia nyata yang asalnya dari dunia maya. Contohnya aja seperti penculikan. Makanya hati-hati kalo share sesuatu di sosial media ya.

Mengganggu kesehatan
Kok bisa? Yap, masalah kesehatan pertama yang bisa menyerangmu adalah postur tubuh karena kamu terlalu sering menunduk menghadap gadgetmu. Masalah kesehatan yang kedua, kamu pasti sering tidur larut malam cuma gara-gara suka banget scroll timeline Facebook. Bener nggak?

Nah itu tadi beberapa hal negatif dari sosial media, . Makanya, kamu harus menggunakan sosial media dengan bijak ya. Dari 5 hal di atas, ada yang terjadi sama kamu?

5 Cara Meraup Untung dari Media Sosial Buat Kamu yang Masih SMA

Senin, 20 Juni 2016



Butuh tambahan uang jajan tapi bingung karena masih berstatus anak SMA? Gak usah bingung. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi,  bisa menghasilkan uang melalui media sosial. Gak percaya? Yuk simak 5 cara meraup untung dari media sosial yang bakal bikin  ngiler.


1. Online Shop
Online shop ini emang lagi menjamur banget kan,  juga bisa ikutan. Caranya, kumpulkan ide-ide menarik  untuk membuat sebuah produk kemudian jual hasilnya di media sosial. Kalau  gak punya cukup uang buat modal usaha juga bisa kok buat online shop dengan sistem dropship.
2. Penyedia Jasa Iklan
Penyedia jasa iklan? Jangan bingung, caranya gampang kok.  tinggal buat akun di media sosial, misalnya YouTube atau blog. Buat konten semenarik mungkin supaya traffic pengunjung media sosial  tinggi. Setelah itu, daftarkan diri ke Google Adsense lalu tunggu undangan untuk memasang iklan di video atau blog kamu.
3. Endorser
Gak cuma artis,  pun bisa jadi endorser lho. Caranya, tingkatkan popularitas  di media sosial seperti Instagram. Semakin banyak followers  di Instagram, semakin besar juga peluang untuk menerima endorsement.
4. Social Media Buzzer
Hmm, mungkin sebagian besar dari  belum akrab dengan istilah ini. Buat yang belum tahu, cara ini bisa  coba. Manfaatkan kepopuleran  di media sosial untuk mengkampanyekan sebuah acara atau produk dari penyewa jasa buzzer dengan imbalan sejumlah uang.
5. Online Quiz
Cara yang satu ini bisa  lakukan sambil iseng-iseng. Tak ada salahnya untuk ikutan ajang kuis yang diadakan di media sosial. Kalau  beruntung, bisa dapat hadiah berupa uang atau produk tertentu.
Gimana? Gampang kan? Mulai sekarang,  bisa coba cara-cara di atas untuk menambah uang saku kamu.

sumber: klik disini

Cerdas Menerima Informasi


Yuk cerdas menerima informasi. Jangan asal share, karena bisa saja kita menyebarkan berita fitnah atau bahasa kerennya hoax, malu baget kan. Makin berbobot info yang kita sampaikan, makin keren seseorang di mata masyarakat. Syarat info keren anatara lain: isinya ilmu, mencerdaskan, infonya valid/sah, sumber terpercaya. silahkan share... ;)

Panduan I’tikaf

Minggu, 19 Juni 2016


Secara harfiyah, I’tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I’tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. Penggunaan kata I’tikaf di dalam Al-Qur’an terdapat pada firman Allah Swt: “Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf di dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertaqwa.” (QS 2: 187).

Di dalam Islam, seseorang bisa beri’tikaf di masjid kapan saja, namun dalam konteks bulan Ramadhan, maka dalam kehidupan Rasulullah Saw, I’tikaf itu dilakukan selama sepuluh hari terakhir. Di antara rangkaian ibadah dalam bulan suci Ramadhan yang sangat dipelihara sekaligus diperintahkan (dianjurkan) oleh Rasulullah SAW adalah I’tikaf. I’tikaf merupakan sarana muhasabah dan kontemplasi yang efektif bagi muslim dalam memelihara dan meningkatkan keislamannya, khususnya dalam era globalisasi, materialisasi dan informasi kontemporer.

Hukum I’tikaf
Para ulama telah berijma’ bahwa I’tikaf khususnya 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan merupakan suatu ibadah yang disyariatkan dan disunnahkan. Rasulullah SAW sendiri senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Aisyah, Ibnu Umar dan Anas Radlhiallahu ‘Anhum meriwayatkan :”Rasulullah SAW selalu beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal ini dilakukan oleh beliau hingga wafat, bahkan pada tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama 20 hari. Demikian pula halnya dengan para sahabat dan istri Rasulullah Saw senantiasa melaksanakan ibadah yang amat agung ini. Imam Ahmad berkata :”Sepengetahuan saya tidak ada seorang pun dari ulama yang mengatakan bahwa I’tikaf itu bukan sunnah”.

utility-share.blogspot.com

Keutamaan Dan Tujuan I’tikaf
Abu Daud pernah bertanya kepada Imam Ahmad: Tahukah Anda hadits yang menunjukkan keutamaan I’tikaf ? Ahmad menjawab: tidak, kecuali hadits yang lemah. Namun demikian tidaklah mengurangi nilai ibadah I’tikaf itu sendiri sebagai taqarrub kepada Allah SWT. Dan cukuplah keutamaannya bahwa Rasulullah, para Sahabat, para Istri Rasulullah SAW dan para ulama salafusholeh senantiasa melakukan ibadah ini.
I’tikaf disyariatkan dalam rangka mensucikan hati dengan berkonsentrasi semaksimal mungkin dalam beribadah dan bertaqorrub kepada Allah pada waktu yang terbatas tetapi teramat tinggi nilainya. Jauh dari rutinitas kehidupan dunia, dengan berserah diri sepenuhnya kepada Sang Kholiq (Pencipta). Bermunajat sambil berdoa dan beristighfar kepada-Nya sehingga saat kembali lagi dalam aktivitas keseharian dapat dijalani secara lebih berkualitas dan berarti. Ibnu Qayyim berkata : I’tikaf disyariatkan dengan tujuan agar hati beri’tikaf dan bersimpuh di hadapan Allah, berkhalwat dengan-Nya, serta memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi sepenuhnya kepada Allah.

Macam–macam I’tikaf
I’tikaf yang disyariatkan ada dua macam :
1. I’tikaf sunnah yaitu I’tikaf yang dilakukan secara sukarela, semata mata untuk bertaqorrub kepada Allah, seperti I’tikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan.
2. I’tikaf wajib yaitu yang didahului dengan nadzar atau janji, seperti ucapan seseorang “kalau Allah ta’ala menyembuhkan penyakitku ini, maka aku akan beri’tikaf di masjid selama tiga hari”, maka I’tikaf tiga hari itu menjadi wajib hukumnya.

Waktu I’tikaf
Untuk I’tikaf wajib tergantung pada berapa lama waktu yang dinadzarkan, sedangkan I’tikaf sunnah tidak ada batasan waktu tertentu. Kapan saja, pada malam atau siang hari, waktunya bisa lama dan juga bisa singkat, minimal dalam mazhab Hanafi : sekejap tanpa batas waktu tertentu, sekadar berdiam diri dengan niat. Atau dalam mazhab Syafi’i : sesaat atau sejenak (yang penting bisa dikatakan berdiam diri), dan dalam mazhab Hambali, satu jam saja.
Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tadi, waktu I’tikaf yang paling afdhal pada bulan Ramadhan ialah sebagaimana dipraktekkan langsung oleh Baginda Nabi SAW yaitu 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Tempat I’tikaf
Ahli fiqih berbeda pendapat tentang tempat yang boleh dijadikan untuk I’tikaf, Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat bahwa I’tikaf harus dilakukan di masjid yang selalu digunakan untuk shalat berjamaah, sedangkan Malik dan Syafi’i berpendapat bahwa I’tikaf boleh dilakukan di masjid manapun baik yang digunakan untuk shalat berjamaah ataupun tidak, sedangkan pengikut syafi’iyah berpendapat bahwa sebaiknya I’tikaf itu dilakukan di masjid jami’ yang biasa digunakan untuk shalat Jum’at, agar ia tidak perlu keluar masjid ketika mau melakukan shalat Jum’at, dan lebih afdhol lagi bila I’tikaf itu dilaksanakan di salah satu dari tiga masjid; masjid al haram, masjid Nabawi atau masjid Aqsha. (lihat: Al Mughni 4/462, Fiqh Sunnah 1/402)

Syarat Syarat I’tikaf
Orang yang I’tikaf harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Muslim
2. Berakal
3. Suci dari janabah (junub), haidh dan nifas
Oleh karena itu I’tikaf tidak sah dilakukan oleh orang kafir, anak yang belum mumayyiz (mampu membedakan), orang junub, wanita haidh dan nifas.
Rukun I’tikaf
1. Niat yang ikhlas, hal ini karena semua amal sangat tergantung pada niatnya.
2. Berdiam di masjid (QS Al-Baqarah : 187)

Awal Dan Akhir I’tikaf
Bagi yang mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan beri’tikaf selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka waktunya dimulai sebelum terbenam matahari malam ke-21 sebagaimana sabda Rasulullah Saw; ”Barangsiapa yang ingin I’tikaf dengan aku, hendaklah ia I’tikaf pada 10 hari terakhir”.
Adapun waktu keluarnya atau berakhirnya, yaitu setelah terbenam matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi beberapa kalangan ulama mengatakan yang lebih mustahab (disenangi) adalah menunggu sampai akan dilaksanakannya shalat ied.

Hal–hal Yang Disunnahkan disaat I’tikaf
Disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, shalawat kepada Nabi Saw, doa dan sebagainya. Namun demikian yang menjadi prioritas utama adalah ibadah – ibadah mahdhah. Bahkan sebagian ulama seperti Imam Malik, meninggalkan segala aktivitas ilmiah lainnya dan berkonsentrasi penuh pada ibadah – ibadah mahdhah.
Dalam upaya memperkokoh keislaman dan ketaqwaan, diperlukan bimbingan dari orang-orang yang ahli, karenanya dalam memanfaatkan momentum I’tikaf bisa dibenarkan melakukan berbagai kajian keislaman yang mengarahkan para peserta I’tikaf untuk membersihkan diri dari segala dosa dan sifat tercela serta menjalani kehidupan sesudah I’tikaf secara lebih baik sebagaimana yang ditentukan Allah Swt dan Rasul-Nya.

Hal-Hal Yang Diperbolehkan
Orang yang beri’tikaf bukan berarti hanya berdiam diri di masjid untuk menjalankan peribadatan secara khusus, ada beberapa hal yang diperbolehkan.
1. Keluar dari tempat I’tikaf untuk mengantar istri, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap istrinya Shofiyah Radhiallahu ‘Anhu (HR. Bukhari Muslim).
2. Menyisir atau mencukur rambut, memotong kuku, membersihkan tubuh dari kotoran dan bau badan.
3. Keluar ke tempat yang memang amat diperlukan seperti untuk buang air besar dan kecil, makan, minum, (jika tidak ada yang mengantarkan), dan segala sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di masjid. Tetapi ia harus segera kembali setelah menyelesaikan keperluannya.
4. Makan, minum dan tidur di masjid dengan senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan masjid.
Hal-Hal Yang Membatalkan I’tikaf
1. Meninggalkan masjid dengan sengaja tanpa keperluan, meski sebentar, karena meninggalkan masjid berarti mengabaikan salah satu rukun I’tikaf yaitu berdiam di masjid.
2. Murtad (keluar dari agama Islam)
3. Hilang Akal, karena gila atau mabuk
4. Haidh
5. Nifas
6. Berjima’ (bersetubuh dengan istri), tetapi memegang tanpa nafsu (syahwat), tidak apa-apa sebagaimana yang dilakukan Nabi dengan istri istrinya.
7. Pergi Shalat Jum’at (bagi mereka yang memperbolehkan I’tikaf di mushalla yang tidak dipakai shalat Jum’at).
Demikian ketentuan tentang I’tikaf yang menjadi panduan praktis, semoga pada Ramadhan tahun ini, kita dapat menghidupkan kembali sunnah I’tikaf sebagai bekal kita meraih nilai taqwa yang maksimal.

Sumber: klik disini

Karena Semua Wanita Itu Cantik

Jumat, 10 Juni 2016

 “Dunia dan segala isinya itu adalah perhiasan, tetapi sebaik-baik perhiasan di dunia adalah menjadi wanita shalihah” [H.R. Muslim]
Kemarin, saya sempat menanyakan ke berbagai teman. Bagaimana menurut pandangan mereka tentang kecantikan yang sesungguhnya? Kebanyakan dari mereka menjawab bahwa cantik itu ketika seorang wanita memiliki tubuh yang langsing, putih, berambut panjang, berhidung mancung. Bahkan dalam dunia kerja sekali pun, perempuan yang bertubuh ideal dengan berbagai kriteria yang sesuai lebih mudah diterima di pekerjaan yang diinginkan. Apalagi sekarang ini, banyak bermunculan model-model media. Baik dari majalah maupun televisi. Yang dengan suka rela mereka memamerkan auratnya di muka umum. Banyak dari kita, untuk menjadi tampil lebih cantik melakukan berbagai macam cara agar terlihat lebih cantik. Di antaranya ada yang operasi plastik untuk menjadi hidungnya agar lebih mancung, dan berbagai cara lainnya.

Sekarang permasalahannya, Kita sebagai umat muslim. Bagaimana kita menyikapi tentang soal “Wanita cantik”? Bagaimana Islam memandang konsep kecantikan?
Di dalam buku pustaka “Thariqul Izzah”, dikatakan bahwasanya Islam tidak memandang konsep yang pasti mengenai kriteria “Wanita cantik”. Dan tidak ditentukan bagaimana penampilan seseorang wanita untuk dapat tampil cantik. Tetapi, Islam mengajarkan bagaimana seorang wanita untuk berpenampilan pada bebagai kesempatan dan kepada siapa saja ia dapat sepenuhnya menunjukkan kecantikannya.
Jika keluar rumah, hendaknya seorang wanita untuk menutupkan auratnya dan tidak boleh menampakkan auratnya di depan yang bukan muhrim. Adapun busana yang dikenakan tidak telalu tipis sehingga kulitnya kelihatan. Selain itu, di depan laki-laki yang bukan mahramnya, seorang perempuan juga tidak boleh memakai pakaian, perhiasan dan menggunakan dandanan yang akan menarik perhatian laki-laki atas kecantikannya (tabarruj).

Dapat dijelasakan di sini, yang dikatakan cantik adalah ketika seorang muslimah senantiasa menjalankan segala sesuatunya atas dasar taqwa yang sesuai dengan aturan Allah. Bukan karena hawa nafsunya. Seorang muslimah hanya diharuskan berdandan ketika di hadapan suaminya. Tetapi jika hanya tampil cantik hanya karena ingin mempercantik bentuk tubuh atau memutihkan muka karena atas hawa nafsu, Islam tidak mengajarkan untuk hal tersebut.

Untuk tampil cantik itu mudah kok, Kita tinggal menjalankan saja apa yang dikatakan Allah. Hal ini, terdapat di dalam Alquran surat al-ahzab ayat 59:
“Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”

“Mengapa harus pakai jilbab?” Tentu saja, kita sebagai wanita yang beragama Islam diwajibkan untuk memakai jilbab. Menjadi seorang wanita itu unik, mengapa? Karena ketika ia masih remaja, jika ia tidak menggunakan jilbab, jika satu langkah saja ke luar rumah, maka ia sudah satu langkah memasukkan ayahnya ke dalam neraka. Ketika ia sudah menikah, ia menjadi penyempurna agama bagi suaminya. Jadi, wajib bagi kita untuk menggunakan jilbab keluar rumah. Apalagi, jika jilbab yang kita gunakan sudah syar’i. Insya Allah akan lebih mudah untuk senantiasa berproses ke jalan Allah. Jika yang sudah berproses memakai jilbab, berarti kalian sudah cantik. Karena semua wanita itu memang cantik. Cantik dengan hijab. Senantiasa berproses menuju taat. Selalu ada cara kok menuju taat.

Sumber: klik disini

 

Most Reading

Blogger templates