Gagah (Hamas Syahid Izzudin) ibarat malaikat bagi sang adik, Gita
(Aquino Umar). Semenjak ayah mereka meninggal, Gagah mengisi ruang
kosong di hati Gita. Selain cerdas, tampan dan gaul, Gagah juga
penyayang. Apapun kemauan sang adik, pasti ia penuhi.
Gagah tak pernah keberatan mengikuti polah adiknya yang tomboy.
Kemana Gita mau menonton konser musik, Gagah setia menemani. Gagah
selalu ada buat sang adik, kemanapun dan dimanapun.
Konflik muncul sekembalinya Gagah mengerjakan tugas kuliah di
Ternate, Maluku Utara. Penampilan Gagah berubah. Ia berjanggut. Gagah
juga membatasi diri dari hidup hedonis. Gagah sekarang lebih suka
mengaji ketimbang nge-mal atau nonton konser musik.
Bagi Gagah, dirinya berhijrah mengikuti ajaran Islam untuk hidup
lebih baik sesuai tuntutan Al-Quran dan Hadist. Buat anak gaul macam
Gita, sikap Gagah ini 'enggak banget deh'. Hubungan keduanya pun
membeku.
Di lain sisi, Gagah sadar kalau dirinya juga punya tanggungjawab mengajak adik tercintanya untuk hidup sesuai aturan agama.
Meski dibenci Gita, Gagah tak pernah menyerah melakukan syiarnya
kepada sang adik. Gita kesal, tertekan. Ia hanya mau sosok kakaknya
kembali seperti dulu, seperti malaikat pujaannya.
Film ini membuat siapapun yang menonton jadi kembali mendefinisikan
'sosok malaikat'. Apakah kakak yang rajin menemani adiknya melakukan
kegiatan hedonis adalah layak menyandang label malaikat? Atau justru,
hijrahnya Gagah menekuni aturan agama membuat dirinya jadi malaikat agar
sang adik tak terjerembab jurang kemaksiatan?
Film sarat pesan moral dan nilai-nilai religi ini sejatinya diangkat
dari novel karya Helvy Tiana Rosa. Menariknya, novel ini pertama kali
diterbitkan pada 1997, tapi terasa bisa mewakili kehidupan anak muda
zaman sekarang.
Selain bintang-bintang muda, film arahan sutradara Firmansyah juga
diperkuat akting aktris dan aktor senior seperti Wulan Guritno dan
Mathias Muchus. Film ini akan meluncur pada 21 Januari mendatang di
bioskop.
sumber: klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar