Pada saat saya dulu sma, saat
kenaikan ke kelas 2 DKM pasti mengadakan yang namanya Mubes DKM. Tujuannya
mempertimbangkan laporan pertanggungjawaban pengurus periode lalu dan memilih
ketua DKM yang baru.
Kegiatan berlangsung khidmat karena
terjadi estafeta perjuangan dakwah akan diteruskan oleh angkatan yang lebih
muda.
Semua menaruh harapan bahwa ketua
suksesir akan membawa kondisi DKM menjadi lebih baik lagi dan membawa kemajuan
dakwah lebih siginifikan lagi.
Disini saya akan berbagi 7 kriteria
yang menentukan seseorang itu layak jadi ketua Rohis atau tidak.
1. Memahami dakwah
Kalau kumpulan orang sholeh bikin
kursus cara baca Al-qur’an itu namanya TPA yaitu taman pendidikan Al-Quran.
Kalau kumpulan orang sholeh mengelola zakat dan daging qurban maka itu namanya
lembaga zakat dan panitia idul adha. Tapi kalau sekumpulan orang sholeh
melakukan kegiatan dakwah di sekolah dan mengajak teman-teman mereka ke jalan
kebaikan dengan beragam macam kebaikan itu baru namanya Rohis.
Ketua Rohis harus dan wajib memahami
dakwah serta dinamika yang menyertainya. Dia juga harus faham bahwa dakwah
dilakukan berjamaah sesuai dengan kaidah dan fiqh dakwah yang dijelaskan dalam
Al-qur’an dan hadits. Peran kepemimpinan menuntutnya untuk bisa dan terampil
berkomunikasi dengan bawahan serta mengenali berbagai cara pandang dan problem
mereka.
2. Memahami diri.
Siapa bilang ketua Rohis harus tanpa
cela? Kita manusia, bukan dewa.
Sejak awal Ketua Rohis harus sudah
menyadari dan menyampaikan ke rekan-rekannya berbagai hal tentang dirinya
terutama kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Jadi gini, mengaku diri punya
banyak kelebihan itu gampaaang… tapi menjelaskan kekurangan diri itu yang
susaaah…..
Setiap kekurangan yang dimiliki
ikhtiarkan untuk diperbaiki di kemudian hari. Rekan seperjuangan bisa mengisi
kekurangan yang dimiliki ketua seiring ketua terus memperbaiki diri. Nabi Musa
dan Harun adalah contoh yang baik bagaimana keduanya saling bahu membahu dalam
berdakwah.
3. Punya perhatian yang utuh
Bawahan tidak bisa bergerak apa-apa
tanpa arahan dari ketua, tapi ketua yang tidak peduli dan memperhatikan
bawahannya akan buat bangunan organisasi makin amburadul.
Ketua yang pasif dan tidak mau
berusaha melakukan pendekatan pada anggota dan memperhatikan anggota akan
merapuhkan organisasi. Bawahan jadi hilang semangat, dan setengah-setengah
dalam bekerja. Bukan tidak mungkin akan timbul konflikdi dalam tubuh pengurus.
4. Teladan yang baik
Hal ini harus ada di jiwa setiap
pemimpin manapun sebab akan menjadi kiblat dari pergerakan seluruh anggota.
Calon ketua yang memiliki riwayat
pacaran, atau kriminal lebih baik tidak diloloskan kepada kandidat ketua Rohis,
mengingat hal itu bisa menjadi contoh buruk pada bawahan.
Sebaliknya, calon ketua yang
memiliki catatan ibadah yang baik, akhlak dan tsaqafah islami yang baik
sebaiknya dijadikan kandidat kuat.
5. Pandangan yang tajam
Ini termasuk bagian dari seni
kepemimpinan. Seorang ketua harus bisa membaca dan meraba masa depan. Cara
mewujudkannya memang abstrak, tiap orang dianugrahi kemampuan berbeda-beda
dalam hal membaca masa depan.
Tapi membaca masa depan saja tidak cukup,
ketua harus bisa menceritakan masa depan rohis yang dia lihat dengan piawai
kepada seluruh bawahan – bawahannya. Disini dituntut kemampuan dialektika dan
deskripsi secara totalitas. Dengan begitu bisa terasa, bahwa ketua dan bawahan
sedang bergerak menuju tujuan yang sama.
6. Kemauan yang kuat
Banyaknya tantangan dan hambatan
yang akan dihadapi ketua rohis, menjadikan ketua rohis harus memiliki kemauan
yang sekuat baja. Banyaknya permasalahan klasik rohis seperti interaksi ikhwan
akhwat, harokah, isu terorisme, dan kaderisasi mendesak rohis untuk serius
mengangkat ketua yang tahan banting dan terus maju mengejar visi organisasi.
7. Optimisme
Optimisme ketua bisa dilihat dari
pandangan matanya dan intonasi ketika dia berbicara. Makanya uji orasi dan presentasi
program kerja wajib dilakukan untuk mengetahui seberapa besar optimisme seorang
calon ketua rohis.
Tambahan: 8. Karismatik
Tidak ada yang tahu bagaimana
membentuk pribadi yang karismatik. Tapi, kalau kamu menemukannya ada di antara
kandidat calon ketua Rohis, dia bisa jadi the chosen one.
Karena karismatik itu seperti
kekuatan magis yang bisa “menyihir” bawahan untuk bekerja totalitas dan
kooperatif untuk setiap kebijakan yang ditetapkan ketua.
Adakah pengalamanmu mendapat ketua
seperti itu? Kendala apa saja yang kamu dapati ketika ingin memilih seorang
ketua rohis baru?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar