Ada aja ya anak Rohis yang ngeselin
sewaktu rapat di whatsapp. Ketika kita semangat mau bikin kegiatan tafakkur
alam, komen dia malah “Paling berapa orang sih yang mau ikut?“. Masya
Allah, komentarnya kayak tukang gali kubur aja.. hemat bicara tapi dalem!
Dilema
Anak Rohis pasti dihadapkan pada
sebuah persimpangan jalan di suatu waktu. Keputusannya mengambil jalan mana
akan berpengaruh besar pada hasil yang akan ia peroleh :
- Mengejar jumlah anggota yang banyak atau
- Mengejar kualitas anggota yang paripurna.
Kedua hal ini seringkali berupa
pilihan alih-alih bisa dilaksanakan kedua-duanya. Umumnya jumlah pengurus rohis
tidaklah seberapa. Masih bisa dihitung jari sebelum nanti dihitung kalkulator.
Jumlah yang sedikit menjadi faktor vital penentu eksistensi rohis di masa yang
akan datang : akankah bertahan hingga -katakan saja- 50 tahun lagi?
Bagaimana kalau trennya turun? Tahun
depan jumlah anggota rohis lebih sedikit. Akankah Rohis menjadi punah sebelum
kuncupnya mekar jadi bunga?
Tahu gak sih lo, dilema di atas
adalah kelemahan kita yang akan dimanfaatkan oleh syetan seoptimal mungkin
kalau kamu gak segera ambil keputusan!
Jadi mari kita bahas dulu pilihan
no.1 : mengejar jumlah.
“Ekspektasi”
itu multivitamin sekaligus racun
Saat kamu memiliki suatu harapan,
sebenarnya kamu sedang bermain resiko kecewa (baca: sakit hati). Semakin tinggi
kamu berharap maka semakin besar resiko kecewa yang kamu pertaruhkan jika gagal
untuk menggapainya. Belajarlah dari korban bunuh diri akibat diputus cinta
pacar.
Saat rohis kamu berkonsentrasi
mengejar jumlah maka bersiap-siaplah hati dibolak-balik antara senang dan
kecewa karena “jumlah” anggota seiring waktu selalu fluktuatif. Kadang banyak,
kadang dikit. Tapi kalau udah dikit susah untuk jadi banyak lagi. Nanti jangan
heran akan muncul orang-orang skeptis seperti cerita saya di paling atas..
Bagaimana dengan pilihan 2 :
mengejar kualitas anggota ( yang masih sedikit itu)
Seperti
kata Al-Quran : Jangan tinggalkan generasi lemah di belakang kalian
Allah sudah mewanti-wanti. Janganlah
kalian tinggalkan generasi yang lemah di belakang kalian. [1] Ini
isyarat bahwa Islam sangat memperhatikan kualitas dan pewarisan generasi yang
lebih berkualitas sepanjang waktu. Sebab mujahid diberi waktu terbatas untuk
berdakwah yang jika habis (syahid atau futur) maka perannya harus digantikan
oleh generasi selanjutnya.
Allah juga sudah mewanti-wanti agar
tidak terlalu pongah terhadap jumlah. Jumlah pasukan yang banyak di perang
Hunain membuatmu takabbur. [2] Akibatnya di perang itu pasukan muslim gagal
total meskipun secara jumlah melebihi pasukan musuh. Mereka seperti buih di
lautan. Banyak namun terpecah belah dan akhirnya menghilang.
Yusuf Al-Qaradhawi juga sudah
membuat kadar prioritas dalam bukunya fiqh prioritas. Bahwa mengejar kualitas
harus diutamakan daripada mengejar kuantitas saat energi untuk berdakwah sangat
terbatas. Sebab pengurus Rohis yang berkualitas meski sedikit lebih menjamin
masa depan daripada pengurus Rohis yang banyak tapi tidak berkualitas.
Its
up to you!
Sekarang sih terserah kamu. Memang
sih pengurus Rohis yang sedikit itu menurunkan gengsi antat ekskul. Tapi kalau
kamu mau melupakan gengsi itu dan memikirkan masa depan insya Allah, Allah
bersama pejuang-pejuangnya yang sabar…
Bibliography
:
DAN HENDAKLAH TAKUT KEPADA ALLAH
ORANG-ORANG YANG SEANDAINYA MENINGGALKAN DI BELAKANG MEREKA ANAK-ANAK YANG
LEMAH, yang mereka khawatir terhadap [kesejahteraan] mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang meninggalkan bekas.(QS. An-Nisa 4:9)
(QS. An-Nisa 4:9)
“Dan ingatlah peperangan Hunain,
ketika waktu itu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah mereka, maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun dan bumi yang
luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan
bercerai-berai” .(QS At-Taubah: 25)